Headlines News :

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Pakan Ternak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pakan Ternak. Tampilkan semua postingan

Mengenal Pakan Hijauan Ternak Kambing

Written By Shodiq Saifullah on Kamis, 29 November 2012 | 02.52

Ketersediaan pakan hijauan keberadaanya sangat penting dalam menunjang keberhasilan beternak kambing etawa. Banyak literatur yang sudah menjelaskan jenis-jenis hijauan apa saja yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan kambing baik yang berasal dari rumput-rumputan maupun leguminosa.
E F I memilih dan membudidayakan hijauan yang memiliki  kandungan nutrisi yang sangat baik dan produktivitasnya tinggi, sebagai pakan hijauan yang diberikan baik untuk jenis kambing unggul maupun kambing perah.  Berikut adalah hijauan yang kami budidayakan :

1. Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) : Daun singkong yang dimanfaatkan bisa berasal dari berbagai varietas singkong budidaya ataupun dari singkong karet, keduanya sangat mudah untuk dibudidayakan, hanya dengan menanam batangnya saja pada saat musim hujan mayoritas dapat tumbuh dengan baik.
Hasil penelitian Ravindran (1991) menunjukkan bahwa daun singkong mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu berkisar antara 16.7−39.9% bahan kering dan hampir 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni, sedangkan bagian kulit dan onggok memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi. Liem et al. (1997) melaporkan dari 2.5−3 ton/ha hasil samping tanaman singkong dapat menghasilkan tepung daun singkong sebanyak 600−800 kg/ha. Lebih lanjut dijelaskan pemakaian tepung daun singkong dalam formulasi ransum dapat dijadikan sebagai sumber protein dan konsentrat pada kambing dan sapi perah (Khang et al. 2000).
Wanapat dan Knampa (2006) melaporkan hay daun singkong dapat menggantikan pemakaian bungkil kedelai pada sapi perah di daerah tropik. Selain  berfungsi sebagai sumber protein, daun singkong juga berperan sebagai anti cacing (anthelmintic) dan kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak terhadap mikroorganisme parasit. Ensilase merupakan salah satu cara pengawetan daun singkong sebagai pakan ternak (Hang 1998) dan efektif menurunkan kandungan sianida (HCN) pada ubi kayu setelah 3 bulan ensilase yaitu dari 289 mg/kg menjadi 20.1 mg/kg (Kavana et al. 2005).
Banyak peternak yang ragu dalam menggunakan daun singkong sebagai pakan kambing mengingat adanya kandungan sianida yang identik dengan racun. Selama ini tidak pernah ada kasus kerancunan di kandang EFI, caranya simple daun singkong sebelum diberikan terlebih dahulu dijemur/dilayukan atau didiamkan satu malam kemudian keesokan harinya diberikan.


2. Gamal (Gliricidia Sepium) : Banyak penamaan berbeda di banyak daerah untuk gliricidia ini sbb: Gamal (Indonesia), Lirikside, liriksidia, Wit Sepiung (Jateng), Johar Gembiro Loka (DIY). Jawa Timur: Kelorwono, Joharlimo, Johar Bogor. Sunda: Cebreng, Cepbyer (Jabar), Kalikiria (Ciamis), Angrum (Garut).
Gliricidia kaya akan protein (23% CP) dan kalsium (1,2%). Kandungan seratnya tinggi (45% NDF) yang membuatnya sangat bagus sebagai sumber hijauan untuk ternak ruminansia. Permasalahan pada ternak hanya sebatas palatabilitasnya (kesukaan) saja, mengingat gamal ini memiliki bau menyengat, untuk mengatasinya sebelum diberikan sebaiknya dijemur atau dilayukan dan untuk membiasakan berikan pada saat ternak dalam kondisi lapar.
Budidaya gliricidia bisa dilakukan dengan penanam biji polong yang sudah tua ataupun dengan penanaman stek dari batangnya. Pemotongan pertama pohon gamal dianjurkan setelah tanaman berumur 1 tahun. Selang waktu atau interval pemotongan selanjutnya setiap 3 bulan sekali. Rata-rata produksi hijauan segar berkisar 2-5 kg per potong per pohon.
Sistem pemangkasan dua kali selama musim hujan dan dua kali selama musim kering dapat mengurangi peranggasan daun gamal sehingga gamal akan tetap menghijau sepanjang tahun (Nitis et al., 1991).


3. Turi (Sesbania Grandiflora) : Daun turi merupakan hijauan makanan ternak yang kaya akan kandungan protein kasar. Komposisi zat gizi daun turi terdiri atas; protein kasar 27,3%, energi kasar 4.825 kkal/kg, SDN 24,4%, lignin 2,7%, abu 7,5%, Ca 1,5% dan P 0,4%.
Salah satu kendala penggunaan daun turi sebagai pakan ternak adalah rendahnya produksi biomass dan tidak tahan terhadap pemangkasan. produksi daun turi pada musim kemarau (1,7 kg/pohon/3-4 bulan) dan musim hujan (4,1 kg/pohon/2-3 bulan). Akan tetapi, turi relatif tahan terhadap kekeringan sehingga sangat bermanfaat sebagai sumber pakan kambing pada musim kemarau. Pada musim kemarau, dimana rumput sangat sulit didapatkan, turi masih tumbuh subur dan berproduksi dengan baik. Pemetikan daun turi tidak dilakukan secara total, namun dipetik sebagian besar daunnya dan menyisakan daun pada pucuknya agar pohon turi tidak mati.
Turi seperti halnya gliricidia dapat dibudidayakan melalui biji dan ada juga jenis turi yang dapat dibudidayakan dari stek batangnya.
Untuk meningkatkan efisiensi penggunaannya, daun turi sebaiknya diberikan pada saat kebutuhan zat-zat makanan meningkat secara drastis, terutama pada akhir kebuntingan, awal laktasi dan cempe pada mas pertumbuhan.  Hal ini dimaksudkan agar angka kematian anak dapat dicegah dan pertumbuhan anak lebih cepat.


4. Kaliandra (calliandra calothrysus)
Kaliandra digunakan secara luas untuk pakan ternak karena : daun, bunga,  tangkai mempunyai kandungan protein cukup tinggi 20-25%, serta cepat tumbuh dan kemampuan bertunas tinggi setelah pemangkasan. Kaliandra dapat dibudidayakan melalui biji atau mengambil anakannya yang sudah berkar dari alam bebas kemudian ditanam di lahan yang sudah disediakan.
Pemanfaatan kaliandra sebagai hijauan pakan ruminansia telah memperlihatkan pengaruh yang menguntungkan tidak hanya performans produksi tetapi performans reproduksi ternak juga meningkat. Baik ternak ruminansia kecil maupun yang besar tidak memperlihatkan suatu masalah bila disuplementasi dengan kaliandra segar atau dalam bentuk silase tetapi tidak boleh dalam bentuk kering. Kaliandra dapat diberikan sendiri atau dalam campuran dengan legum lain yang tidak mengandung tanin untuk mensuplementasi ternak yang diberi rumput. Tambahan sumber energi sangat bermanfaat untuk meningkatkan performans produksi ternak.
Permasalahan kaliandra sebagai pakan ternak adalah kadar tannin yang tinggi sehingga mempunyai tingkat kecernaan yang rendah (30-60%).
Sistim “cofeeding” adalah cara pemberian pakan campuran antara legum yang mengandung kadar tannin tinggi seperti kaliandra dengan legum yang tidak mengandung tanin seperti gamal (gliricidia sepium) atau turi (sesbania grandifora). Tujuannya untuk mencegah sebagian dari protein terlarut dalam gamal agar tidak dipecah di dalam rumen yaitu dengan mengikatkannya pada tanin kaliandra. Kemudian diharapkan ikatan tanin-protein dapat pecah dalam pH abomasum yang rendah sehingga protein daun dapat langsung dimanfaatkan oleh ternak itu sendiri.
Namun demikian tidak perlu dikhawatirkan mengingat Kambing dilaporkan mempunyai kemampuan mencerna tannin karena memiliki enzim tannase pada mukosa ruminal (Begovic et al., 1978).


5. Rumput Taiwan: Ukurannya cukup besar , dapat mencapai 4 -5 meter.  Bibit rumput jenis ini kami peroleh dari  BIB Lembang. Ciri-cirinya : batangnya lunak, daun lebar berbulu lembut, tingkat nutrisi cukup baik, dan  pada batang muda pangkal batangnya bawah yang dekat ke tanah berwarna kemerah merahan.  Produktivitas tinggi, bisa mencapai 300 ton / hektar per tahun dengan kondisi pemupukan dan pemeliharaan optimal, produksi per rumpun bisa lebih dari 7 kilogram (basah) per panen.
Jenis rumput dan leguminosa tersebut di atas bisa diberikan dalam bentuk segar, atau bisa juga diolah menjadi silase dan hay apabila kondisinya berlimpah pada saat musim penghujan.

Semoga bermanfaat

Tannin

Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500-3000 dapat mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp.

                     Sifat fisik dari tanin adalah sebagai berikut :
1)      Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat
2)      Jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan
3)      Tidak dapat mengkristal
4)      Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik

                      Sifat kimia
1)      Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yangs ukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal
2)      Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi
Gambar 1: Ikatan Senyawa Tanin
Sifat tanin sebagai pengkhelat logam . Senyawa fenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Proses pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH senyawa phenolik itu sendiri. Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial untuk menjadi pengkhelat logam. Hasil khelat dari tanin ini memiliki keuntungan yaitu kuatnya daya khelat dari senyawa tanin ini membuat khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh. Tetapi jika tubuh mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami anemia karena zat besi dalam darah akan dilhelat oleh senyawa tanin tersebut

                     Cara Identifikasi dan Dampak Senyawa Tannin
Berdasarkan sifat-sifat diatas maka untuk menganalisis tanin dapat dilakukan berbagaicara sesusai tujuanya. Untuk analisis secara kualitatif dapat dilakukan dengan mengunakan metode :
1)      Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / atau hitam kehijauan 
2)      Ditambahkan Kalium Ferrisianida atau  amoniak berwarna coklat
3)      Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat
Sedangkan untuk menganalisis secara kuantitatif dapat dilakukan denga mengunakan metode : 
1)      Metode analisis umum phenolik, karena tanin merupakan senyawa phenolik (Metodeblue prussian dan Metode Folin)
2)      Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya
3)      Dengan menggunakan HPLC, dan UV-Vis
4)      Metode presipitasi menggunakan protein
Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makain tinggi.
Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara bahan pakan unggas yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum (Sorghum bicolor).
Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % pada catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05-3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca.
Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada ayam broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas.
Kandungan tannin dalam bahan pakan memiliki pengaruh terhadap daya cerna ternak domba di dalam rumen. Namun demikian dampak negatif  tannin akan terlihat jika kandungan tannin dalam bahan pakan tersebut diatas 10% misalnya adalan tanaman kalindra yang memilki kadar tannin sebesar 19,4% 
                    Cara Pemurnian Senyawa Tanin
Sebagai contoh cara pemurnian tanin terhidrolisis adalah jenis Sorghumprocyanidin. Menggunakan  etanol absolut dengan 10 mM asam askorbat, etanol absolut dengan 10 mM asamsorbat, asam asetat pH 4, aseton 50%.etil asetat.  Cara kerja.Campurkan daun 200 g daun kering shorgum dengan dengan 600 mL etanol 10 mM asam askorbat. Ekstrak kembali sebanyak 4 kali 150 mL dengan mengunakan methanol10 mM asam askorbat. Saring dan ambil filtratnya setelah itu tambahkan dengan asam asetat pH 4. Uapkan pada rotari evaporator. Setelah menguap ekstrak dengan etil asetat sebanyak 3 kali 300 mL. Pisahkan dan ambil yang bagian bawah.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sai Farm - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger